Membuat Konten Carousel dengan Pendekatan Hard vs Soft Selling: Panduan untuk UMKM & Pelajar

Artikel ini membahas cara membuat carousel content untuk bisnis UMKM. Anda akan mempelajari perbedaan hard vs soft selling, strategi storytelling, serta praktik desain yang bisa langsung diterapkan.

1. Mengapa Carousel Content Penting untuk UMKM

Apakah Anda sering melihat postingan berbentuk slide di Instagram atau LinkedIn yang bisa digeser ke kanan? Konten seperti itu disebut carousel content. Format ini semakin populer karena mampu membuat audiens berhenti sejenak, membaca, lalu berinteraksi lebih lama dengan konten Anda.

Bagi UMKM dan pelajar yang sedang belajar digital marketing, memahami cara membuat carousel content bukan hanya soal desain menarik. Lebih dari itu, carousel bisa menjadi media storytelling yang kuat, sekaligus meningkatkan engagement.

Selain itu, dengan pendekatan yang tepat, carousel mampu membawa audiens dari sekadar “melihat” menjadi “membeli”. Di sinilah strategi hard selling dan soft selling berperan. Maka dari itu, mari kita bahas secara detail.


2. Apa Itu Carousel Content & Keuntungannya

Definisi Carousel Content

Carousel content adalah format postingan berbentuk beberapa slide yang bisa digeser. Konten ini biasanya berisi kombinasi teks, gambar, dan ilustrasi. Dibanding postingan tunggal, carousel memungkinkan penyampaian pesan secara bertahap, sehingga audiens lebih terlibat.

Selain itu, carousel tidak terbatas pada promosi. Banyak brand menggunakannya untuk edukasi, storytelling, hingga kampanye sosial. Maka dari itu, UMKM perlu memanfaatkannya sejak awal.

Keuntungan untuk Storytelling & Engagement

Ada beberapa keuntungan membuat carousel content:

  • Durasi interaksi lebih lama. Audiens akan menggeser slide satu per satu.
  • Meningkatkan brand recall. Informasi yang disajikan bertahap lebih mudah diingat.
  • Memancing interaksi. Carousel lebih sering disimpan dan dibagikan daripada postingan gambar tunggal.

Misalnya, sebuah UMKM kuliner bisa membuat carousel berisi kisah asal-usul resep, testimoni pelanggan, hingga penawaran spesial. Dengan begitu, audiens bukan hanya melihat produk, tapi juga merasakan nilai di baliknya.

Baca juga :

Buyer Persona dan Business Model Canvas: Panduan Lengkap untuk UMKM

Konsep Dasar Digital Marketing & Mindset Pemasaran Konvensional vs Digital


3. Hard Selling vs Soft Selling dalam Carousel Content

Apa Itu Hard Selling

Hard selling adalah pendekatan penjualan yang langsung dan tegas. Fokus utamanya adalah mengajak audiens segera membeli. Dalam carousel, hard selling biasanya ditandai dengan:

  • Slide berisi diskon, harga spesial, atau promo terbatas.
  • Caption yang berisi ajakan langsung: “Beli sekarang!”, “Stok terbatas!”.
  • Desain yang menonjolkan CTA (call to action).

Hard selling sangat efektif saat audiens sudah mengenal produk Anda. Misalnya, UMKM fashion bisa membuat carousel dengan headline: “Diskon 50% hanya 2 hari!”.

Apa Itu Soft Selling

Berbeda dengan hard selling, soft selling lebih halus. Pendekatan ini fokus membangun hubungan emosional dengan audiens. Dalam carousel, soft selling biasanya ditandai dengan:

  • Storytelling: kisah di balik brand atau produk.
  • Edukasi: tips, fakta menarik, atau cara penggunaan.
  • CTA yang halus: “Yuk kenali lebih dekat produk kami”.

Misalnya, sebuah UMKM skincare membuat carousel berjudul: “3 Penyebab Kulit Kering & Cara Mengatasinya”. Di akhir, mereka menyisipkan produk sebagai solusi.

Kapan Menggunakan Hard vs Soft Selling

Tidak ada pendekatan yang selalu benar. Keduanya bisa saling melengkapi.

  • Soft selling cocok untuk meningkatkan awareness, membangun kepercayaan, dan memperluas audiens baru.
  • Hard selling efektif saat audiens sudah kenal produk dan siap membeli.

Maka dari itu, strategi terbaik adalah menggabungkan keduanya dalam kalender konten. Misalnya, 3 posting soft selling diikuti 1 posting hard selling.


4. Cara Membuat Carousel Content untuk Bisnis

Elemen Visual & Desain

Agar carousel menarik, perhatikan desain:

  • Gunakan warna konsisten sesuai brand.
  • Gunakan tipografi jelas agar teks mudah dibaca.
  • Buat alur visual: slide pertama sebagai hook, slide tengah untuk narasi, slide terakhir untuk CTA.
desain carousel content hard selling promo diskon produk UMKM

Caption & Copywriting

Caption berfungsi sebagai pendamping visual. Tips menulis caption:

  • Mulai dengan pertanyaan atau hook menarik.
  • Sajikan informasi singkat di tiap slide.
  • Tutup dengan CTA yang jelas.

Misalnya: “Mau tahu kenapa skincare lokal ini jadi favorit? Swipe sekarang!”

Teknik Engagement & Optimasi

  • Tambahkan CTA interaktif: “Geser sampai akhir”, “Simpan postingan ini”.
  • Gunakan hashtag relevan (#UMKMIndonesia #DigitalMarketing).
  • Posting di jam aktif audiens.

Selain itu, lakukan A/B testing untuk membandingkan performa hard vs soft selling.


5. Aktivitas Praktik: Membuat Draft Carousel

Untuk memaksimalkan pembelajaran, Anda bisa mencoba latihan:

  1. Bentuk kelompok kecil.
  2. Buat draft carousel dengan 5 slide.
  3. Tentukan apakah konten tersebut hard selling atau soft selling.
  4. Siapkan visual sederhana + caption pendukung.

Misalnya, kelompok A membuat carousel tentang promo makanan (hard selling), sementara kelompok B membuat tips memilih bahan segar (soft selling).


6. Finalisasi Desain & Presentasi

Setelah draft dibuat, lakukan review. Minta feedback dari mentor atau teman.

  • Apa yang menarik dari desain?
  • Apakah CTA cukup jelas?
  • Apakah storytellingnya sampai ke audiens?

Kemudian, finalisasi desain sesuai masukan. Akhiri dengan presentasi singkat di depan kelompok atau komunitas. Dengan begitu, peserta belajar tidak hanya membuat konten, tapi juga mengevaluasinya.


Carousel content adalah salah satu strategi digital marketing yang mudah diakses UMKM maupun pelajar. Dengan memahami perbedaan hard selling dan soft selling, Anda bisa membuat konten yang tidak hanya menarik, tapi juga mendorong penjualan.

Tips terakhir:

  • Gunakan kombinasi hard & soft selling.
  • Selalu ukur performa (save, share, reach).
  • Lakukan perbaikan terus-menerus.

Maka dari itu, jangan ragu untuk mulai mencoba. Semakin sering berlatih, semakin terampil Anda dalam membuat carousel content.


FAQ

Share your love

Newsletter Updates

Enter your email address below and subscribe to our newsletter

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *